Kamis, 13 Desember 2012

Belajar antariksa dan dirgantara, perlukah DPR ke Brasil-AS?

Belajar antariksa dan dirgantara, perlukah DPR ke Brasil-AS?

MERDEKA.COM, Kunjungan kerja (kunker) anggota DPR keluar negeri seperti tak ada habisnya. Meski efektivitas dari kunjungan tersebut dipertanyakan oleh publik, para wakil rakyat itu tetap saja 'rajin' melakukannya.

Kali ini giliran Komisi VII DPR yang mengadakan kunker ke dua negara sekaligus yakni Brasil dan Amerika Serikat (AS). Kunker tersebut dibagi menjadi dua rombongan.

Rombongan ke Brasil langsung dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana dengan membawa 13 anggota Komisi VII, dua staf ahli, dan empat orang dari LAPAN.

Rombongan yang berangkat sejak 9 Desember itu menurut rencana akan berada di negeri Samba hingga 18 Desember mendatang. Kunker tersebut ditujukan sebagai tambahan materi, dalam pembahasan Rancangan Undang-undang Keantariksaan.

Sementara, rombongan kunker ke AS dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR Ahmad Fahrial. Rombongan membawa tujuh anggota Komisi VII serta empat tim ahli dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Rombongan tersebut berangkat sejak 7 Desember lalu dan akan berada di negeri Paman Sam hingga satu pekan lamanya. Di AS rombongan akan mengunjungi Kedutaan Besar RI dan kantor perwakilan RI yang ada di Los Angeles dan San Francisco.

Rombongan juga akan mengunjungi sejumlah lembaga pemerintahan atau swasta yang memiliki keterkaitan dengan dirgantara, antara lain; Boeing Satelite Systems International, Jet Propulsion Laboratory, Geospatial Innovation Facility, NASA Ames Research Center, NASA Ames Inrelligent Systems Division, Aerospaces & Marine International, US House of Representatives.

Kunker Komisi VII itu sontak menuai reaksi dari publik. Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra, Uchok Sky Khadafi menilai, kunker tersebut hanya akal-akalan saja.

"Itu cuma buat buang-buang duit saja. Untuk buang-buang anggaran akhir tahun. Kan enggak mungkin juga selepas mereka pulang ke Tanah Air bisa langsung jadi undang-undang," kata Uchok saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (12/12).

Pihaknya mencatat, kunker tersebut sedikitnya menghabiskan anggaran Rp 2.895.408.000. Dari anggaran itu, alokasi anggaran untuk ke Brasil menghabiskan Rp 1.919.682.000, sementara ke AS menghabiskan anggaran sebesar Rp 975.726.000.

"Untuk tahun ini anggaran keluar negeri anggota DPR sebesar Rp 141 miliar, dan sampai saat ini sudah tembus alias terpakai sekitar Rp 100 miliar lebih," jelasnya.

Karena itu, dia menilai, kunker tersebut murni untuk kepentingan pelesiran para anggota Dewan. Jika hanya ingin mencari formula tambahan untuk penyempurnaan Rancangan Undang-undang, para wakil rakyat itu tak perlu pergi jauh-jauh keluar negeri.

Sebab, masih banyak cara lain yang dapat dilakukan. "Ini kan masalah metode. Cari metode yang lebih hemat. Kan bisa dipelajari melalui internet, buku, dan masih banyak lagi," katanya.

Menurutnya, masyarakat saat ini sudah pandai menilai kelakuan para wakilnya itu. Sebab, fakta yang telah terungkap, kunker yang pernah dilakukan para wakil rakyat hanya kedok semata.

"Ya contohnya kunker yang ke Jerman itu. Masyarakat kan tahu dari situ. Undang-undang yang dihasilkan enggak mutu," katanya.

Getolnya para wakil rakyat melakukan kunker keluar negeri akan terus disorot masyarakat. Namun yang menjadi pertanyaan, jika mereka bisa 'rajin' mengikuti kunjungan keluar negeri, mengapa mereka kerap bolos saat rapat di gedung DPR?

0 komentar:

Posting Komentar